7 Fakta Jam Gadang di Bukittinggi. Jam Kembaran Big Ben

7 Fakta Jam Gadang di Bukittinggi. Jam Kembaran Big Ben

Kota Bukittinggi terletak ditengah-tengah Propinsi Sumatera Barat. Memiliki suhu udara yang sejuk, Bukitinggi juga dikenal memiliki panorama alam yang sangat elok. Tidak heran, Bukittinggi menjadi primadona wisata halal Indonesia. 


Saat mengunjungi Bukittinggi, jangan lupa untuk melihat Jam Gadang. Sebuah menara yang memiliki jam berukuran besar di keempat sisinya. Ini juga sebabnya menara jam ini dinamakan Jam Gadang yang berarti besar dalam bahasa Minangkabau. Simak 7 fakta Jam Gadang yang menarik untuk diketahui!


1.Jam dari Belanda

Jam gadang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Jam ini adalah hadiah dari Ratu Belanda, Wilhelmina kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi). 


2.Hanya ada Dua

Jam yang ada di setiap sisi menara berukuran 80cm ini digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat dua unit di dunia. Mesin untuk Jam Gadang dan mesin jam Big Ben, London, Inggris. 


3.Pembuat Jam

Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.


4.Dibangun Tanpa Semen

Arsitektur menara Jam Gadang adalah Yazid Rajo Mangkuto. Sedangkan pelaksana pembangunan adalah Haji Moran dan mandornya adalah St. Gigi Ameh. Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur, putih telur, dan pasir putih.


5.Habiskan Dana Fantastis

Jam Gadang mulai dibangun pada 1926-1927 dan menghabiskan biaya sekitar 3.000 gulden, biaya yang tergolong fantastis di masa itu. 


6.Alami 3 Kali Perubahan

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Pada masa Jepang, atap diubah menjadi bentuk pagoda. Setelah Indonesia merdeka, atap Jam Gadang berbentuk atap rumah adat Minangkabau. 


7.Bandul Pernah Patah

Bagian dasar Jam Gadang memiliki luas 13x4 meter. Bagian dalam menara memiliki tinggi 26meter dan bertingkat-tingkat. Bagian teratas adalah tempat penyimpanan bandul. Pada 2007, bandul tersebut pernah patah karena gempa yang menimpa kala itu. 


Foto: bukittinggikota.go.id