3 Masjid Bersejarah Medan. Arsitekturnya masih Asli!

3 Masjid Bersejarah Medan. Arsitekturnya masih Asli!

Ibukota Sumatera Utara ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Deli dan pusat pemerintahan Karesidenan Sumatra Timur ketika Hindia Belanda berkuasa. Tidak heran banyak sekali bangunan bersejarah di Medan. Baik yang bercirikan aristektur Melayu maupun Eropa. Diantara bangunan bersejarah tersebut, ada 3 masjid bersejarah yang arsitekturnya masih asli. Masjid apa sajakah? 



Masjid Al-Osmani

Masjid yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso Medan ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Deli ke-7, Sultan Osman Perkasa Alam pada tahun 1854. Kayu pilihan digunakan sebagai bahan utama pembangunan masjid. Barulah di masa kepemimpinan Sultan Mahmud Perkasa Alam, masjid dibuat permanen pada tahun 1870-1872. 



Masjid yang berwarna kuning ini memiliki campuran arsitektur Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu dan Cina. Di dalam masjid, kita bisa melihat ornamen khas Cina pada daun pintu, pilar khas Timur Tengah, serta ornamen khas Eropa di beberapa ornamen. Ada pula kubah bulat persegi delapan yang bernuansa India. 



Masjid Raya Medan 

Masjid yang menjadi ikon kota Medan ini disebut juga sebagai Masjid Raya Al-Mashun. Dibangun pada pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909 oleh Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli. 



JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Masjid yang bisa menampung sekitar 1.500 jemaah ini sangat indah dan masih terawat seperti aslinya. Saat berkunjung kita bisa melihat kaca patri, lengkungan dan pilar masjid serta kubah masjid ala Turki yang mengagumkan. 



Masjid Gang Bengkok

Dinamakan Masjid Gang Bengkok karena lokasi masjid ini di tikungan jalan, dikelilingi perumahan penduduk yang padat. Dibangun pada 1890 masjid ini memiliki arsitektur gabungan Cina, Arab dan Melayu. 



Atap Masjid menyerupai kelenteng merupakan sentuhan dari Cina. Sementara ukiran kayu seperti gorden di atap selasar mendapat sentuhan dari Melayu. Masjid Gang Bengkok bisa dibilang sebagai bukti toleransi beragama di Medan. Karena didanai oleh Tjong A Fie, yang bekerjasama dengan Muhammad Ali,  atau Datuk Kesawan, pemilik tanah wakaf masjid tersebut.


Foto: Dok. Buku Heritage Medan